17 January 2012

Sekelumit Kisah Di Masa Lalu

Just for Angga Setia
Hari ini adalah kali pertama aku mengenalmu
Mungkin bagimu itu bukan apa – apa
Tapi bagiku itu adalah hari yang sangat sempurna

Buliran air mata menetes dipipiku saat aku kembali membuka buku harian merahku. Buku harian yang tak pernah absen ku tulis saat aku SMA dulu. Aku kembali teringat Anggaku… Anggaku yang telah membuat aku jatuh cinta… Anggaku yang telah membuat aku menutup hati untuk lelaki lain… Anggaku yang telah menorehkan luka yang mendalam dihatiku… Anggaku yang entah kini apa kabarnya.
Angga adalah teman satu SMA ku, entah kenapa aku tiba – tiba jatuh cinta padanya. Aku mengenalnya ketika aku mewakili sekolahku untuk mengikuti lomba puisi islami antar sekolah. Kebetulan itu terjadi, Angga adalah orang yang mengantarkanku dan teman – teman lainnya yang ikut lomba ketempat diselenggarakannya lomba itu. Kesan yang ku dapat dari pertemuan perdanaku itu adalah Angga adalah orang yang supel dan jiwa kepemimpinannya sangat aku kagumi.
Jiwa seorang pemimpin itu aku tangkap ketika lomba itu, dia begitu cekatan dalam memandu kami dan sangat memperhatikan sekali saat kami sedang tampil. Tidak hanya itu, sikapnya juga santun dan ramah. Aah… kalau sudah jatuh cinta memang semua yang dilakukan terlihat sempurna. Peristiwa kecil itulah yang memulai babak kekagumanku kepada Angga yang berubah menjadi perasaan fitrah setiap manusia, Cinta. Aku jatuh cinta padanya.
Perasaan itu lambat laun semakin dalam kurasakan, terlebih ketika aku mengetahui perjalanan hidupnya yang berliku. Saat SMP, Angga adalah seorang cowok bengal yang hobi tawuran dan suka minum minuman beralkohol. Bahkan aku pernah mendapatkan informasi dari temannya, bahwa dia sering bertengkar dengan teman satu sekolahnya. Sikap tempramennya sangat tinggi, tapi seiring bertambahnya usia sifat kerasnya itu menghilang. Dia tak pernah lagi menyentuh minuman keras dan tidak pernah lagi mengikuti tawuran antar sekolah. Dia justru tercantum dalam komunitas ROHIS di SMA.
Tok… Tok… Tok…
Aku tersentak dari lamunan panjangku, tiba – tiba ada yang mengetuk pintu kamarku… Ahh ternyata Bi Inah, pasti dia membawakan pesan dari mama yang memintaku untuk makan malam.
            “ Non… Disuruh makan sama nyonya, dari siang kan non belom makan!! “ ucap Bi Inah penuh kasih sayang. Bi Inah sudah lama kerja dirumahku, dia sudah seperti keluarga sendiri.
            “ Aahh iya nanti aku kebawah!!! “ jawabku pelan.
            Aku menuruni anak tangga rumahku dengan gontai, buliran air bening itu kembali menetes di pipiku. Tapi segera kuusap air mata itu, aku tak mau membuat kedua orang tuaku khawatir. Mereka pasti akan sedih dan terpukul melihat aku selalu seperti ini. Semenjak aku lulus SMA, pribadiku yang ceria dan selalu lincah telah hilang bersama hilangnya kontak dengan Anggaku. Kabar dari temanku mengatakan bahwa Angga meneruskan studinya di negeri suku Aborigin, Australia. Dia tak memberitahukanku mengenai kepergiannya itu. Aaahhh…
            “ Airin, kok lama banget sih turunnya? Tadi si Excel nelpon terus nanyain kamu! Mama fikir kamu sudah tidur, yaudah mama bilang aja kamu tidur!!! “ ucap mamaku setelah aku duduk sambil mengambilkan nasi untukku. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman yang sekenanya.
            “ Kamu kenapa lagi sih Rin? Ada masalah sama kuliah kamu? Atau masalahnya sama kayak yang dulu – dulu? “ Tanya papa rada ketus. Aaahh tapi papa memang benar, masalahku masih sama dengan yang dulu.
            “ Nggak kok pah, aku lagi ga ada masalah apa – apa! Ini juga ga ada hubungannya dengan masalah yang dulu… aku cuma capek aja mungkin, dikampus lagi banyak kegiatan!! “ Astaga, aku sudah membohongi papaku dengan memberikan alasan yang sama sekali tidak benar. Ya Tuhan maafkan aku…
            “ Lho sejak kapan kamu ikut kegiatan kampus? Bukannya kamu ga pernah ikut kegiatan yaa semenjak… “ papa menggantung ucapannya, tapi aku sudah tau akan kemana arah pembicaraannya. Pasti berputar disitu – situ saja, Angga tetap menjadi topic utama disetiap perbincanganku dengan Papa.
            “ Pa… Ma… aku duluan yaa keatas! Aku kenyang… “ jawabku.
            Hmm… selalu seperti itu setiap hari, aku selalu menghindar jika papa ataupun mama berusaha membahas masalah Angga. Rasanya aku tidak mau masalahku ini dicampuri oleh orang lain, sekalipun orang tuaku. Bukan… bukan karena aku tak menghargai mama dan papaku, tapi ini semata karena aku hanya tak ingin membuat papa dan mamaku pusing dengan melibatkannya pada masalahku. Hanya itu…

TO BE CONTINUED...

No comments:

Post a Comment