Just
for Angga Setia
Hari
ini adalah kali pertama aku mengenalmu
Mungkin
bagimu itu bukan apa – apa
Tapi
bagiku itu adalah hari yang sangat sempurna
Buliran
air mata menetes dipipiku saat aku kembali membuka buku harian merahku. Buku
harian yang tak pernah absen ku tulis saat aku SMA dulu. Aku kembali teringat
Anggaku… Anggaku yang telah membuat aku jatuh cinta… Anggaku yang telah membuat
aku menutup hati untuk lelaki lain… Anggaku yang telah menorehkan luka yang
mendalam dihatiku… Anggaku yang entah kini apa kabarnya.
Angga
adalah teman satu SMA ku, entah kenapa aku tiba – tiba jatuh cinta padanya. Aku
mengenalnya ketika aku mewakili sekolahku untuk mengikuti lomba puisi islami
antar sekolah. Kebetulan itu terjadi, Angga adalah orang yang mengantarkanku
dan teman – teman lainnya yang ikut lomba ketempat diselenggarakannya lomba
itu. Kesan yang ku dapat dari pertemuan perdanaku itu adalah Angga adalah orang
yang supel dan jiwa kepemimpinannya sangat aku kagumi.
Jiwa
seorang pemimpin itu aku tangkap ketika lomba itu, dia begitu cekatan dalam
memandu kami dan sangat memperhatikan sekali saat kami sedang tampil. Tidak
hanya itu, sikapnya juga santun dan ramah. Aah… kalau sudah jatuh cinta memang
semua yang dilakukan terlihat sempurna. Peristiwa kecil itulah yang memulai
babak kekagumanku kepada Angga yang berubah menjadi perasaan fitrah setiap
manusia, Cinta. Aku jatuh cinta padanya.
Perasaan
itu lambat laun semakin dalam kurasakan, terlebih ketika aku mengetahui
perjalanan hidupnya yang berliku. Saat SMP, Angga adalah seorang cowok bengal
yang hobi tawuran dan suka minum minuman beralkohol. Bahkan aku pernah
mendapatkan informasi dari temannya, bahwa dia sering bertengkar dengan teman
satu sekolahnya. Sikap tempramennya sangat tinggi, tapi seiring bertambahnya
usia sifat kerasnya itu menghilang. Dia tak pernah lagi menyentuh minuman keras
dan tidak pernah lagi mengikuti tawuran antar sekolah. Dia justru tercantum
dalam komunitas ROHIS di SMA.
Tok…
Tok… Tok…
Aku
tersentak dari lamunan panjangku, tiba – tiba ada yang mengetuk pintu kamarku…
Ahh ternyata Bi Inah, pasti dia membawakan pesan dari mama yang memintaku untuk
makan malam.
“ Non… Disuruh makan sama nyonya,
dari siang kan non belom makan!! “ ucap Bi Inah penuh kasih sayang. Bi Inah
sudah lama kerja dirumahku, dia sudah seperti keluarga sendiri.
“ Aahh iya nanti aku kebawah!!! “
jawabku pelan.
Aku menuruni anak tangga rumahku
dengan gontai, buliran air bening itu kembali menetes di pipiku. Tapi segera kuusap
air mata itu, aku tak mau membuat kedua orang tuaku khawatir. Mereka pasti akan
sedih dan terpukul melihat aku selalu seperti ini. Semenjak aku lulus SMA,
pribadiku yang ceria dan selalu lincah telah hilang bersama hilangnya kontak
dengan Anggaku. Kabar dari temanku mengatakan bahwa Angga meneruskan studinya
di negeri suku Aborigin, Australia. Dia tak memberitahukanku mengenai
kepergiannya itu. Aaahhh…
“ Airin, kok lama banget sih
turunnya? Tadi si Excel nelpon terus nanyain kamu! Mama fikir kamu sudah tidur,
yaudah mama bilang aja kamu tidur!!! “ ucap mamaku setelah aku duduk sambil
mengambilkan nasi untukku. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman yang
sekenanya.
“ Kamu kenapa lagi sih Rin? Ada
masalah sama kuliah kamu? Atau masalahnya sama kayak yang dulu – dulu? “ Tanya
papa rada ketus. Aaahh tapi papa memang benar, masalahku masih sama dengan yang
dulu.
“ Nggak kok pah, aku lagi ga ada
masalah apa – apa! Ini juga ga ada hubungannya dengan masalah yang dulu… aku
cuma capek aja mungkin, dikampus lagi banyak kegiatan!! “ Astaga, aku sudah
membohongi papaku dengan memberikan alasan yang sama sekali tidak benar. Ya
Tuhan maafkan aku…
“ Lho sejak kapan kamu ikut kegiatan
kampus? Bukannya kamu ga pernah ikut kegiatan yaa semenjak… “ papa menggantung
ucapannya, tapi aku sudah tau akan kemana arah pembicaraannya. Pasti berputar
disitu – situ saja, Angga tetap menjadi topic utama disetiap perbincanganku
dengan Papa.
“ Pa… Ma… aku duluan yaa keatas! Aku
kenyang… “ jawabku.
Hmm… selalu seperti itu setiap hari,
aku selalu menghindar jika papa ataupun mama berusaha membahas masalah Angga.
Rasanya aku tidak mau masalahku ini dicampuri oleh orang lain, sekalipun orang
tuaku. Bukan… bukan karena aku tak menghargai mama dan papaku, tapi ini semata
karena aku hanya tak ingin membuat papa dan mamaku pusing dengan melibatkannya
pada masalahku. Hanya itu…
TO BE CONTINUED...
No comments:
Post a Comment