Sudah hampir dua tahun aku tidak menyentuh blog ini, sekadar untuk bercerita, ataupun untuk berbagi kegalauan yang aku alami. Yah, kegalauan sepertinya sudah menjadi bagian dalam hidupku. Apalagi, kini orang tua di rumah sudah terang-terangan memintaku untuk segera mengakhiri kejombloan saya.
Sudah, jangan terlalu panjang membahas kegalauan dan status jombloku yang belum berubah sejak sekian lama. Kali ini, aku ingin berbagi cerita tentang kehidupan baruku semenjak menyandang predikat sebagai seorang jurnalis. Ya, jurnalis. Wartawan. Profesi yang sejak lama telah aku idam-idamkan kini telah berhasil aku capai.
Walaupun sudah agak telat aku menceritakannya, karena kini aku sudah hampir memasuki tahun ke tiga di dunia jurnalistik. Maklumlah, jam kerja jurnalis bukan office hour. Jadi waktu luangku untuk menulis di blog ini hampir tak bersisa.
Sudah, jangan terlalu panjang membahas kegalauan dan status jombloku yang belum berubah sejak sekian lama. Kali ini, aku ingin berbagi cerita tentang kehidupan baruku semenjak menyandang predikat sebagai seorang jurnalis. Ya, jurnalis. Wartawan. Profesi yang sejak lama telah aku idam-idamkan kini telah berhasil aku capai.
Walaupun sudah agak telat aku menceritakannya, karena kini aku sudah hampir memasuki tahun ke tiga di dunia jurnalistik. Maklumlah, jam kerja jurnalis bukan office hour. Jadi waktu luangku untuk menulis di blog ini hampir tak bersisa.