07 January 2012

Konflik Perbatasan antara Thailand dan Kamboja Dipandang dari Perspektif Realis




Kuil Preah Vihear merupakan sebuah kuil tua berusia sekitar 900 tahun yang terletak di selatan Kamboja dan di utara Thailand. Wilayah ini telah lama mejadi sumber konflik perbatasan antara wilayah Kamboja dan Thailand. Masing – masing negara mengklaim bahwa wilayah yang terdapat Kuil Preah Vihear tersebut adalah bagian dari teritori mereka. Perdebatan mengenai wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear pada dasarnya sudah dimulai sejak lama. Permasalahan ini muncul karena kedua negara menggunakan peta yang berbeda dalam menentukan teritori masing – masing negara.
Kamboja yang merupakan negara bekas jajahan Perancis menggunakan peta yang diberikan dari Perancis yang dibuat pada tahun 1907 sedangkan Thailand menggunakan peta yang dibuatnya sendiri pada tahun 1904. Kedua negara sebenarnya memiliki kekhawatiran yang sama karena jika salah satu negara tersebut berhasil mendapat keabsahan mengenai klaim wilayah tersebut, maka negara tersebut juga akan mengambil alih wilayah – wilayah lainnya.

Kemudian perebutan wilayah tersebut semakin memanas di karenakan UNESCO menetapkan kuil Preah Vihear sebagai daftar warisan sejarah dunia. Reaksi berbeda datang dari kedua negara tersebut, kuil Preah Vihear yang ditetapkan oleh International Court of Justice adalah untuk Kamboja dan Kamboja merasa bahagia bahwa kuil tersebut ditetapkan sebagai daftar warisan sejarah dunia. Sedangkan Thailand bereaksi negative karena tanah yang berada disekitar kuil tersebut tidak jelas kepemilikannya sampai saat ini. Dan ketidak jelasan itulah yang berujung pada sengketa yang kemudian berlanjut konflik bersenjata di wilayah tersebut.

Melihat konflik yang terjadi antara Thailand dan Kamboja seakan mengingatkan kembali dengan asumsi kaum realis yang mengatakan bahwa hubungan antar negara adalah hubungan yang bersifat konfliktual dan konflik tersebut pada dasarnya harus diselesaikan dengan perang . Hubungan antara Thailand dan Kamboja yang pada awalnya berjalan dengan harmonis, pada akhirnya tetap terjadi konflik. Bahkan seperti kita ketahui Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki mayoritas rakyat beragama Budha tidak mempengaruhi keinginan mereka untuk berkonflik.

Dalam teori realis, sangat dikenal istilah national interest atau yang biasa disebut kepentingan nasional. Setiap negara memiliki kepentingan yang berbeda – beda dan hal ini akan berujung pada konflik antar negara. Melihat kasus perebutan wilayah yang terjadi antara Thailand dan Kamboja yang tidak berkesudahan, pastinya akan ada anggapan bahwa terdapat kepentingan nasional dari masing – masing negara yang memaksa mereka untuk tetap mempertahankan klaimnya tersebut. Jika diteliti lebih lanjut, wilayah disekitar Kuil Preah Vihear itu menyimpan sumber energy yang begitu besar. 
Minyak bumi dan gas alam yang ada di wilayah sekitar Kuil tersebut yang menjadi incaran kedua negara tersebut untuk memenuhi power mereka. Karena bisa dikatakan kedua negara tersebut belum memiliki power besar dalam lingkup internasional. Kepemilikan sumber energy ketika energy benar – benar menjadi hal langka di dunia ini sudah pasti akan diperjuangkan karena akan meningkatkan bargaining position suatu negara dalam dunia internasional yang kemudian berdampak langsung pada power suatu negara. 

Kepemilikan sumber energy itu pun akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut, karena nanti akan banyak negara yang berebut untuk membeli energy dari pemilik sumber energy tersebut, dan bukan tidak mungkin akan bersaing dengan negara – negara Timur Tengah yang notabenenya memiliki cadangan energy yang besar. 
National Interest, Power, dan Bargaining Position adalah tiga konsep yang datang dari kaum Realis yang akan berimplikasi langsung pada pertumbuhan perekonomian negara tersebut. Seperti telah dikatakan sebelumnya, jika kita memiliki posisi tawar yang bagus dalam dunia internasional itu akan meningkatkan power atau kekuatan kita dihadapan dunia internasional dan dengan kekuatan yang dimiliki akan dapat memenuhi kepentingan nasional serta pertumbuhan perekonomian negaranya. Selain itu pertumbuhan perekonomian juga berdampak pada kesejahteraan dan penegakan HAM pada rakyatnya. Karena dalam teori HAM mengatakan bahwa tingkat perekonomian suatu negara akan berdampak pada penegakan HAM negara tersebut.

Sudah jelaslah sekarang bahwa penyebab utama persengketaan wilayah Kuil Preah Vihear adalah national interest masing – masing negara terhadap wilayah tersebut. Keinginan kedua negara tersebut untuk memiliki sumber energy yang berlimpah yang terdapat di wilayah sekitar Kuil tersebut. Dan asumsi kaum realis bahwa hubungan antar negara adalah hubungan yang bersifat konfliktual dan pada akhirnya konflik tersebut harus diselesaikan melalui perang. Mengingat antara Kamboja dan Thailand yang sebelumnya adalah dua negara yang berhubungan baik dan memiliki masyarakat yang mayoritas beragama Budha. 

Hubungan setiap negara adalah hubungan yang selalu didasari dengan kepentingan masing – masing dan akan melakukan apapun untuk pemenuhan kepentingannya tersebut. Kepentingan masing – masing negara berbeda – beda dan itulah yang menyebabkan benturan kepentingan hubungan antar negara yang sangat memicu terjadinya konflik. Apabila konflik sudah terjadi, maka peranglah yang akan terjadi selanjutnya. Seperti konflik Thailand dan Kamboja ini yang sudah mencapai titik perang dengan adanya gencatan senjata dan kemudian timbul korban dari masing – masing negara.

Referensi :

Scott Burchill dan Andrew Linklater; Teori – Teori Hubungan Internasional. 2009, Penerbit Nusa Media. Bandung

Rizky Novid H; Makalah Konflik Thailand dan Kamboja. 2010. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Padang

http://www.moc.gov.kh/national_data_resource/Mine%20And%20Energy%20Resources/Oil%20and%20Gas%20Resources.html, diakses pada 22 April 2011, pukul 06.20. Preah Vihear for Koh Kong and Natural Gas.

No comments:

Post a Comment