Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan hubungan antara Damai dan Yusuf semakin dekat. Sebagai seorang teman, aku hanya bisa mendukung walaupun aku belum percaya sepenuhnya pada Yusuf. Diawal masa pacarannya, Yusuf bersikap seperti layaknya seorang kekasih. Namun yang membuat beda adalah karena Damai dan Yusuf hanya bertegur sapa lewat Skype dan terkadang telepon. Hampir setiap hari Damai dan Yusuf bercengkrama lewat media tersebut. Tertawa, bahagia… yah layaknya dua sejoli yang sedang kasmaran. Kepercayaanku pada Yusuf semakin bertambah karena kulihat Damai begitu bahagia bersama Yusuf, dan Yusuf pun begitu ramah denganku dan teman – teman yang lain. Tidak pernah kulihat perilaku buruk yang dilakukan Yusuf kepada Damai. ~ tepatnya sebelum terbongkar kebusukannya.
Damai pernah bercerita padaku, bahwa antara dia dan Yusuf sudah semakin dekat. Dan bahkan menurut Damai, Yusuf akan segera melamarnya. Terkaget – kaget aku mendengar berita itu, antara bahagia dan sedih… Bahagia karena mendengar keseriusan Yusuf untuk menjadikan Damai sebagai tambatan hatinya, dan sedih karena ternyata Yusuf mengatakan bahwa Damai harus ikut dan tinggal bersamanya, bukan di sini… di Indonesia… tapi di India… Hal itu sudah aku duga sebelumnya, seperti kebanyakan wanita yang menikah dengan lelaki berbeda kewarganegaraan, pasti sang lelaki akan memboyongnya menuju negaranya.
Itu wajar menurutku… Tapi yang tak wajar adalah Yusuf mengatakan bahwa Damai harus pindah kewarganegaraan mengikuti warganegaranya. Yusuf berdalih karena jika menikah nanti segala perizinan tidak akan susah jika kewarganegaraan mereka sama. What…? Sepanjang yang aku tau, dua orang berbeda kewarganegaraan yang akan menikah sang wanita tidak perlu untuk mengikuti kewarganegaraan suaminya. Aku pun memang tidak terlalu mengerti mengenai perizinan tersebut, namun cerita Damai benar – benar diluar dugaanku. Yahh… tapi sebagai seorang teman aku tak bisa berbuat banyak, aku hanya bisa mengingatkan Damai untuk berhati – hati mengenai ini. Karena ini bukan lagi urusan sepele, jika nanti Damai benar – benar mengganti kewarganegaraannya, dan sesuatu yang buruk terjadi dengan pernikahannya akan susah untuk balik kewarganegara semula. Terlebih Yusuf dan Damai tak pernah sekalipun bertatap muka di dunia nyata. Ahhh… otakku serasa mau pecah jika mengingat itu.
Untuk menghilangkan rasa penasaran Damai mengenai hal tersebut, jadilah aku dan Damai suatu hari keliling dari Kedutaan Besar India, Kementerian Luar Negeri sampai Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru. Yahh, hari itu benar – benar melelahkan. Tapi aku puas, pengetahuanku mengenai pernikahan dua warga negara menjadi lebih luas dan aku dapat berfikir dua kali mengenai hubungan Damai dan Yusuf. Di Kedutaan Besar India, seorang ibu berkata pada kami berdua untuk berfikir ulang mengenai niatan Damai untuk pindah kewarganegaraan. Karena anaknya pun juga menikah dengan warga negara Belanda, namun tak pernah sekalipun suami anaknya itu memintanya untuk pindah kewarganegaraan walaupun sekarang anaknya itu ikut tinggal di Belanda.
Di Kementerian Luar Negeri aku mengetahui lebih jelas lagi. Seseorang konsultan disitu mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan ibu – ibu di Kedubes tadi, belum ada kasus WNI yang berniat pindah warganegara saat ingin menikah. Dan dia juga mengatakan pada Damai untuk berhati – hati dengan orang India, terlebih dengan kasus seperti Damai ini. Memang sampai saat ini belum ada kasus kekerasan yang menimpa WNI yang menikah dengan orang India, namun menurutnya orang India sering memalsukan indentitas mereka. Mereka mengatakan bahwa status mereka single namun kenyataannya status mereka sudah memiliki isteri.
No comments:
Post a Comment