
Gadis itu bernama Damai…
Tiga tahun sudah aku mengenalnya. Mengenal dia sebagai sosok yang periang dan penuh tawa. Damai selalu mengambil bagian dalam setiap kisah tawaku. Aku dan dia bagaikan dua sejoli yang tak terpisahkan, semua orang tau dimana ada Damai pasti ada aku. Begitu nyaman rasanya jika sudah menumpahkan keluh kesahku kepadanya, dia bagaikan sosok peri di negeri dongeng yang dapat mendamaikan hati, persis seperti namanya, Damaianti… Yaa… bahkan aku tak pernah melihat buliran air mata jatuh di pipinya kecuali saat kita sama – sama menonton film India kesukaan kita. Ahh rasanya tak cukup aku menggambarkan sosok seorang Damai dengan kata – kata. Semua keindahan ada dalam diri Damai, ya tepatnya sebelum dia bertemu dengan sosok penghancur itu.
Hancur benar – benar hancur, tak ada yang bersisa. Semuanya seakan seperti pecahan kaca yang tak bisa disatukan lagi. Pribadi yang ceria sulit kutemukan lagi dalam dirinya, sosok yang mendamaikan seakan mati… mati bersama kecintaannya terhadap lelaki pembual itu. Hingga tak ada sebutan lagi yang pantas untuk menggambarkan betapa terkutuknya dia. Bahkan ku fikir nyamuk pun enggan untuk sekedar menyentuh kulitnya. Namanya Yusuf, tapi pribadinya tak seindah namanya. Tak pantas dia menyandang nama seindah itu, tak ada sebiji pun pribadi Nabi Yusuf yang dapat ditemukan dari orang itu. Tak ada yang indah darinya, setiap kali aku melihat wajahnya yang aku temukan hanya masalah, masalah dan masalah.
Damai mengenalnya melalui jejaring sosial facebook. Dia memang bukan lelaki yang lahir disini, di Indonesia. Menurut Damai, Yusuf adalah lelaki yang berasal dari negara yang film – filmnya selalu kita tonton dan membuat kita menangis tersedu – sedu. Ya… dia berasal dari India. Tertawa aku saat Damai mengatakan bahwa Yusuf adalah seorang Hindi. Tepatnya India Selatan, Hyderabat.
Aku dan Damai kuliah di jurusan Hubungan Internasional, dan merupakan suatu kebanggaan bagi kita untuk berinteraksi dengan orang – orang yang berbeda negara. Itu akan melatih kemampuan berbahasa inggris kita untuk bekal kita pun nanti. Aku juga sering melakukan itu, untuk sekedar berchatting ria dengan orang – orang bule. Tapi hanya sekedar untuk mengasah kemampuan berbahasa inggris, tidak untuk yang lain seperti yang dilakukan Damai.
Saat mengenal Yusuf, Damai masih memiliki ikatan dengan teman satu SMAnya yang bernama Indra. Indra begitu berbeda dengan Yusuf, sejuta kali lebih baik dari Yusuf. Beruntung Damai bisa memilikinya, semuanya diberikan untuk Damai dan cintanya pun tulus untuk Damai. Tak ada niat sedikit pun untuk mempermainkan Damai. Tapi sayang, Damai menyia – nyiakan kesempatan itu. Kesempatan untuk mendapatkan seorang laki – laki yang pantas dikatakan sebagai suami ideal. Dan itu disebabkan karena Damai terbuai dengan bualan menjijikan yang diberikan oleh Yusuf… ahhh…
Awalnya kata – kata Yusuf memang seperti malaikat cinta yang membuat siapapun akan menari – nari diatas awan, memabukkan dan terbukti Damai jatuh bertekuk lutut dihadapannya. Mengkhianati Indra dengan tetap memanfaatkan segala yang dimiliki Indra. Itulah pertama kali aku merasakan bahwa Damai yang ku kenal sudah mati. Tak kusangka dia memiliki pikiran yang aku rasa begitu licik dan tak mungkin dilakukan oleh seorang Damai, tapi nyatanya dia melakukan itu.
TO BE CONTINUED
No comments:
Post a Comment